Kemiskinan Kronis

Memasuki 2012 ada yang menggembirakan, tapi juga masih banyak yang menyedihkan dalam perjalanan bangsa ini menuju kesejahteraan. 

Berita gembira ialah ekonomi kita tumbuh 6,5% di tengah krisis hebat sedang melanda dunia pada 2011. Laju inflasi selama Januari hingga Desember 2011 juga hanya 3,79%, jauh lebih rendah ketimbang 2010 yang mencapai 6,96%. 

Indonesia juga baru saja diberi apresiasi investment grade (layak investasi) oleh lembaga pemeringkat internasional Fitch Rating. Itu merupakan pencapaian pertama setelah 14 tahun, sejak capaian terakhir pada 1997. 

Namun, yang menyedihkan, kinclongnya pencapaian makroekonomi tidak signifikan menurunkan jumlah orang miskin di Tanah Air. Dalam kurun enam bulan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah orang miskin cuma berkurang 130 ribu atau 0,13%, yaitu dari 30,02 juta orang miskin pada Maret 2011 menjadi 29,89 juta orang miskin pada September 2011. 

Jika menggunakan ukuran yang berbeda, misalnya memakai tolok ukur kemiskinan versi Bank Dunia, jumlah orang miskin di Indonesia bahkan masih sangat besar, yakni sekitar 40%. 

Dengan asumsi kita setuju data BPS, penurunan 0,13% tersebut tetap amat tidak signifikan karena dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional pemerintah menargetkan penurunan orang miskin 1% tiap tahun. 

Pertanyaannya kenapa kemiskinan kronis itu sulit betul dikurangi, padahal wajah perekonomian semakin cantik dalam statistik? Mengapa pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan inflasi yang rendah tidak mampu mengentaskan rakyat dari kemiskinan? 

Pertanyaan itu nyaris klasik, tetapi mau tidak mau harus terus dibikin kontemporer karena yang sedang terjadi lebih parah lagi, yaitu semakin menajamnya jurang yang kaya dan yang miskin serta semakin menumpulnya kepekaan sosial. Bayangkan, di tengah kemiskinan kronis, elite yang bernama wakil rakyat dengan sombongnya memamerkan mobil Bentley Continental GT seharga Rp7 miliar di Gedung MPR/DPR. 

Kemiskinan kronis serta jurang kaya-miskin jelas amunisi yang hebat bagi pecahnya kerusuhan sosial. Kemiskinan itu antara lain dicerminkan kelaparan rakyat akan tanah. Perlawanan rakyat di beberapa tempat akhir-akhir ini yang berkaitan dengan masalah tanah merupakan peringatan dini tentang bom waktu yang tersimpan di bawah permukaan. 

Rakyat mencuri sandal jepit, pisang, semangka, dan kakao merupakan bukti tersendiri perihal buruknya tingkat kesejahteraan. Karena itu, pemerintah jangan terpukau oleh cantiknya statistik ekonomi makro.

0 comments:

Post a Comment

Connect with Us!

Banner 300x250

Most Popular

Internet

Home Style

Fashion

Money

Azon Profit Master

Beauty

Sekolah Internet Indonesia

Computer

Life Style