DEMOKRASI akan benar-benar tegak jika ia ditopang salah satunya oleh kejujuran para politikus. Namun, justru dalam soal itulah neraca demokrasi kita defisit.
Banyak politikus kita mengumbar kata dusta, baik yang terkait dengan janji maupun jika mereka terbelit perkara. Inflasi dusta pun terjadi sehingga publik kehilangan kepercayaan.
Itu pula nuansa yang ditangkap publik saat anggota DPR dari Partai Demokrat Angelina Sondakh memberikan kesaksian dalam sidang kasus korupsi Wisma Atlet dengan terdakwa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin, Rabu (15/2).
Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta itu, Angelina yang berstatus tersangka menyangkal telah melakukan percakapan dengan Mindo Rosalina Manulang terkait dengan kasus Wisma Atlet lewat Blacberry Messenger (BBM). Angelina menyebut baru memiliki Blacberry pada akhir 2010, padahal percakapan itu terjadi pada awal 2010.
Akan tetapi, foto-foto yang dipublikasikan pewarta foto menunjukkan Angelina sudah memakai Blackberry sejak 2009. Hasil analisis rekan Angelina di Demokrat yang juga ahli telematika, Roy Suryo, bahkan menunjukkan foto-foto itu diambil pada 2 Juni 2009 di Gedung Nusantara I DPR.
Bukan cuma itu. Ketika dicecar majelis hakim, penuntut umum, dan pengacara, Angelina banyak menjawab dengan kata 'tidak ada', 'tidak tahu', 'tidak pernah', atau 'tidak kenal'.
Padahal, dalam beberapa kesaksiannya Mindo Rosalina menyebutkan beberapa kali berhubungan dengan Angelina, khususnya terkait dengan pembahasan proyek Wisma Atlet.
Nazaruddin pun berulang-ulang dalam persidangan menyatakan secara detail soal kaitan dengan Angelina.
Tidak mengherankan jika beberapa pakar psikologi forensik menyebutkan Angelina berada di bawah kendali pihak lain saat memberikan kesaksian. Mereka menduga jawaban-jawaban Angelina sudah diskenariokan.
Kalangan Demokrat pun mendesak Angelina untuk jujur. Bagi Demokrat, dusta hanya akan menambah panjang daftar penyebab runtuhnya kepercayaan kepada partai yang berkuasa itu.
Bagi Angelina, menutup-nutupi fakta hanya akan menambah daftar ancaman hukuman. Berbohong tidak saja menyebabkan Angelina kehilangan autentisitasnya sebagai penganjur antikorupsi melalui iklan 'katakan tidak pada korupsi', tapi juga kian merontokkan integritasnya. Itu bahkan bisa menjadi perkara baru, yakni memberikan kesaksian palsu.
Sudahlah Angie, katakan saja sejujurnya. Bukalah semua fakta. Dengan kejujuran itu, engkau ikut mengangkat tumor ganas korupsi yang sedang menggerogoti negeri ini.
0 comments:
Post a Comment