Kabinet Kucing Indonesia Suramiyah

Perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II selesai sudah. Hiruk pikuk dan drama selama tiga pekan di kediaman pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, berakhir antiklimaks, yaitu susunan kabinet yang baru itu tak mampu menyapu kabut gelap di langit Republik.

Tidak ada menteri baru dengan karakter kuat. Bahkan, ada menteri yang harus belajar dulu, baru bisa nyambung dengan tugasnya yang baru. Sebuah kabinet yang suram.

Presiden juga tidak menunjukkan arah yang meyakinkan publik bahwa di akhir masa pemerintahannya nanti dia akan meninggalkan kinerja yang mengesankan rakyat.

Respons pasar pun dingin-dingin saja. Boleh jadi karena pasar sepertinya sudah paham betul bahwa perombakan kabinet di era Yudhoyono lebih seru seremoninya ketimbang substansinya.

Kabinet baru itu gagal mengubah pesimisme menjadi optimisme. Di sana-sini yang terdengar suara negatif. Misalnya, inilah kabinet gembrot dengan banyak wakil menteri. Presiden hanya sanggup melakukan kompromi; Partai Demokrat kehilangan satu kursi sama persis dengan PKS. Adil kan?

Bahkan, Presiden sengaja mengubah peraturan agar bisa memasukkan orang yang berpangkat menengah menjadi wakil menteri. Peraturan dibikin longgar, tidak lagi merujuk jenjang karier, melainkan asalkan pegawai negeri.

Begitu buruknya harapan terhadap kabinet baru ini sehingga ada yang berpendapat tidur saja pemerintah, Indonesia akan menjadi lebih baik.

Pemerintahan Yudhoyono hanya punya waktu tiga tahun. Itu pun formalnya, sebab banyak menteri asal partai yang akan sibuk mengurus partai mereka menghadapi Pemilu 2014.

Dalam waktu yang pendek itu, siapakah yang percaya bahwa pemerintahan menjadi lebih bersih kalau menteri yang dipersepsikan korupsi justru dipertahankan?

Siapakah yang percaya transportasi publik akan lebih baik karena menterinya diganti? Siapakah pula yang percaya berbagai impor yang merugikan petani akan dihentikan karena menteri perdagangannya baru?

Menteri boleh saja baru. Menteri yang satu boleh saja dipindahkan ke kementerian lain. Akan tetapi, kuat pesimisme bahwa permasalahan tetap tak dapat diselesaikan.

Sebab, solusinya pun juga begitu-begitu saja, yakni melalui pidato, instruksi, tanpa disertai dengan tindakan yang tuntas.

0 comments:

Post a Comment

Connect with Us!

Banner 300x250

Most Popular

Internet

Home Style

Fashion

Money

Azon Profit Master

Beauty

Sekolah Internet Indonesia

Computer

Life Style