Pemimpin Muda

Adalah sebuah fakta sejarah tak terbantahkan bahwa perubahan di negeri ini digerakan oleh kaum muda. Kaum muda menorehkan perubahan besar dalam perjalanan bangsa ini melalui sejumlah momen bersejarah, mulai Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, sampai Proklamasi Kemerdekaan 1945. 

Bukan cuma melakukan perubahan, kaum muda masa itu pun kelak tampil memimpin bangsa ini. Soekarno-Hatta telah membuktikannya. Mereka adalah proklamator yang kemudian menjabat presiden dan wakil presiden dalam usia yang tergolong muda, 40-an tahun. 

Sepanjang sejarah kepemimpinan bangsa ini, Soekarno dan Hatta tercatat sebagai presiden dan wapres termuda. Begitulah, dahulu kaum muda tampil melakukan perubahan dan mereka pula yang tampil memimpin bangsa ini. Berbeda dengan masa sekarang, kaum muda tampil melakukan perubahan, namun bukan mereka yang tampil memimpin bangsa ini. 

Kita tahu perubahan besar paling mutakhir yang merupakan karya monumental kaum muda adalah Reformasi 1998. Gerakan mahasiswa-lah yang sesungguhnya menumbangkan Pemerintahan Presiden Soeharto pada Mei 1998. Sejumlah mahasiswa bahkan harus menjadi martir dalam memperjuangkan reformasi. Akan tetapi, hingga reformasi berusia 13 tahun, kaum muda seperti masih berada di pinggiran hiruk-pikuk kepemimpinan di negeri ini. Hingga tiga kali pemilu di masa reformasi, kaum muda seperti hanya menjadi penonton atraksi kekuasaan orang-orang yang jauh lebih tua daripada mereka. 

Celakanya, para pemimpin yang sekarang ini berkuasa justru mempertotonkan kekuasaan yang korup, lamban, dan lembek. Pada titik inilah, seraya hari ini mengenang 83 tahun Sumpah Pemuda, kita merindukan sosok pemimpin muda yang jujur, idealis, serta ideologis. Yang muda yang tidak terkontaminasi kerusakan kalangan tua. 

Itulah sebabnya, menjelang Pemilu 2014 yang tinggal tiga tahun lagi, wacana kepemimpinan kaum muda mengemuka. Wacana itu menginginkan kaum gaek yang hampir setiap pemilu tidak pernah absen berebut kursi presiden dan wapres untuk tahu diri pada Pemilu 2014. 

Ketua Majelis Permusyawaratan Taufiq Kiemas bahkan meminta istrinya Megawati Soekarnoputri untuk minggir dari gelanggang pertarungan Pemilu Presiden 2014 dan memberi kesempatan kepada yang lebih muda. 

Kita tentu mengapresiasi wacana pentingnya kepimpimpinan kaum muda. Apalagi, jika kita tengok ke negara lain, rakyat di sana juga mulai memercayakan kepemimpinan pada kalangan muda. Tengoklah negara tetangga, Thailand, yang Perdana Menterinya Yingluck Sinawatra memangku jabatannya pada usia 44 tahun. 

Namun, kita harus tegaskan kaum muda yang kelak tampil ke tampuk kepemimpinan bangsa ini haruslah mereka yang jujur, bersih, idealis dan ksatria. Bukan anak muda yang ditengarai terlibat korupsi namun secara tidak ksatria mengaku lupa atau tidak tahu atas perbuatannya yang diduga korup itu. 
Orang muda itu misalnya harus berani membuka kekayaannya dengan pembuktian terbalik. Tanpa integritas setegas itu, orang itu tak pantas dan bukan kelasnya untuk memimpin bangsa dan negara ini.

0 comments:

Post a Comment

Connect with Us!

Banner 300x250

Most Popular

Internet

Home Style

Fashion

Money

Azon Profit Master

Beauty

Sekolah Internet Indonesia

Computer

Life Style