ABRAHAM Samad, yang menghidupkan kembali gelora harapan, resmi memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi, kemarin. Serah terima jabatan ketua dari pejabat lama Busyro Muqoddas menjadi langkah pertama Samad yang menjanjikan banyak hal dalam tahun pertama kepemimpinannya.
KPK adalah lembaga super yang dibentuk untuk memberantas superkorupsi yang mewabah di Indonesia. Karena itu, lembaga super yang bersifat sementara tersebut menjadi tumpuan harapan publik bahwa korupsi masih mampu diberantas. KPK adalah harapan baru bagi publik yang telah kehilangan kepercayaan kepada lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan.
Di era Taufiqurrahman Ruki, KPK berhasil merebut simpati. Memasuki masa Antasari Azhar, KPK sempat menggairahkan. Namun, gairah itu justru menjadi titik balik kemerosotan kredibilitas karena dua pemimpinnya, Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah, terjerat kasus dugaan suap dan sempat ditahan walaupun akhirnya dibebaskan melalui pendeponiran.
Kepemimpinan Busyro Muqoddas yang sempat menggembirakan ternyata tidak membawa harapan banyak. Sejumlah pemimpin KPK, termasuk Chandra Hamzah, disebut terdakwa Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Partai Demokrat yang tersangkut kasus suap Wisma Atlet di Palembang, menerima sogok.
Abraham Samad muncul pada situasi kredibilitas KPK sedang menukik tajam. Anak muda yang relatif bersih dan pejuang antikorupsi dari Makassar yang memiliki rekam jejak bening itu menggugah DPR untuk menyingkirkan calon-calon yang sebelumnya menjadi favorit partai-partai.
DPR yang sebelumnya mendua, antara memerangi korupsi dan membela koruptor, bersepakat di belakang Samad. Maka, muncullah Samad sebagai pilihan mutlak mengantongi 43 suara dari 56 pemilih di Komisi III.
Abraham Samad memukau DPR dan kita semua ketika berjanji membuka kasus-kasus besar yang selama ini mentok di KPK. Di antaranya kasus Bank Century dan tumpukan perkara yang berpusat di tangan Nazaruddin dengan pertautan di lingkaran elite partai dan pemangku kekuasaan.
Samad berjanji bahwa bila dalam tahun pertama tidak mampu menuntaskan perkara-perkara besar itu, dia akan mengundurkan diri dan pulang ke kampungnya di Makassar. Janji itu berat, tetapi diucapkan dengan amat ringan.
Apakah Samad tidak memiliki beban? Selama fit and proper test di DPR dia kelihatan yang paling berani dan masuk akal berargumentasi. Padahal, menurut peringkat yang disusun panitia seleksi, Samad berada di posisi lima dari delapan calon yang diajukan.
Satu-satunya beban yang dikhawatirkan akan mengganggu justru mayoritas mutlak suara Komisi III yang diberikan kepadanya. Keputusan DPR adalah keputusan politik. Apakah Samad akan kukuh menampik sikap DPR yang kerap mendua antara memerangi dan melindungi koruptor? Apakah Samad juga akan kukuh menghadapi retorika kekuasaan yang tidak intervensi, tetapi tetap saja lembaga penegak hukum merasa tidak independen?
Langkah pertama telah diayun di hari pertama. Janjimu terlalu enak dan terlalu manis untuk dilupakan.
0 comments:
Post a Comment