Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (18/8) memutar video yang mengisahkan perjalanan Muhammad Nazaruddin dari negara tempat pelarian terakhirnya, Kolombia, ke Indonesia.
KPK melakukan itu demi menepis dugaan pengacara Nazaruddin, OC Kaligis, bahwa Nazaruddin dicuci otak dalam penerbangan Bogota-Jakarta.
Dugaan sang pengacara wajar belaka akibat banyaknya kejanggalan sejak penangkapan hingga pemulangan tersangka korupsi Wisma Atlet SEA Games itu ke Tanah Air. Banyaknya kejanggalan itu juga dipertanyakan publik.
Pertanyaan paling awal ialah mengapa untuk membawa Nazaruddin ke Indonesia, negara harus mengeluarkan Rp4 miliar untuk mencarter pesawat? Mengapa bukan pesawat komersial yang ongkosnya lebih murah?
Ketika diterbangkan dengan pesawat carteran, menurut logika publik, mestinya Nazaruddin sampai lebih cepat ke Tanah Air ketimbang pesawat komersial. Kenyataannya, pesawat malah tiba di Jakarta molor dari jadwal normal, yaitu memakan waktu 24 sampai 25 jam. Pesawat Nazaruddin menghabiskan 38,5 jam.
Timbul pertanyaan tentang apa yang terjadi dengan Nazaruddin selama 38,5 jam di udara. Dari sinilah Kaligis mengungkapkan kemungkinan cuci otak itu.
Dalam logika awam, meski tidak ada cuci otak, Nazaruddin pastilah terganggu secara psikologis lantaran dikelilingi belasan penyidik. Kecurigaan bertambah karena pengacara Nazaruddin atau wartawan tidak diizinkan turut dalam pesawat. Padahal, hak tersangka didampingi pengacara.
Tim penjemput Nazaruddin mengatakan pesawat singgah 12 kali sehingga waktu tempuh menjadi molor. Kecurigaan muncul, tidakkah istri dan dua teman Nazaruddin diturunkan di salah satu negara persinggahan? Polisi menyebut istri dan dua teman Nazaruddin ada dalam pesawat carteran itu. Namun, ketika pesawat mendarat di Jakarta, ketiga orang tersebut tak tampak.
Dalam video yang ditunjukkan KPK, Nazaruddin terlihat bertingkah wajar. Namun, video itu bukan rekaman utuh, melainkan penggalan-penggalan.
Penayangan video itu tidak bisa menepis kecurigaan publik. Dua bukti penting, flash disk asli dan laptop milik Nazaruddin lenyap.
Ditambah lagi, beberapa jam sebelum video ditayangkan, seusai diperiksa KPK, Nazaruddin mengaku telah menulis surat kepada Presiden Yudhoyono menyatakan tidak akan mengutak-atik Partai Demokrat dan KPK.
Publik menunggu ending drama dengan aktor utama Nazaruddin, apakah happy ending ataukah sad ending. Bagi publik, happy ending bila KPK sungguh-sungguh menyelidiki nama-nama yang disebut Nazaruddin. Sebaliknya, sad ending jika penyelidikan dan penyidikan perkara itu berhenti pada Nazaruddin seorang.
0 comments:
Post a Comment