WikiLeaks yang Kembali Berulah


Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa tak mau mengumbar kata terhadap kemungkinan dirinya melirik kursi RI 1 pada Pilpres 2014. Saat ini, partainya belum membahas pilpres yang masih 3 tahun lagi itu.

Hatta tidak mau ambil pusing apa analisa orang tentang dirinya. Terutama sebuah informasi rahasia dari kedubes AS tentang keikutsertaannya dalam pilpres itu, yang dirilis oleh situs whistleblower WikiLeaks.

"Namanya juga WikiLeaks, nggak perlu dikomentari," ucap Menko Perekonomian.

Ya, setelah beberapa waktu 'menghilang', WikiLeaks kembali muncul dengan kawat-kawat diplomatik AS yang berisi informasi-informasi mengejutkan. Dalam dokumen Kedubes AS Jakarta berkode 10JAKARTA68, Hatta disebut sebagai lawan potensial Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Keduanya pun dalam pantauan AS.

Selain Hatta, ratusan dokumen Kedubes AS yang diunggah WikiLeaks memuat nama-nama penting lainnya. Tokoh-tokoh itu ada yang masih bercokol di pemerintahan saat ini maupun yang sudah tidak lagi menduduki manisnya jabatan. Sebagian kawat lagi berisi informasi-informasi umum tentang masyarakat Indonesia.

Sebuah kawat berkode referensi 09JAKARTA1773 yang dibuat pada 23 Oktober 2009, menyebutkan adanya sejumlah menteri Kabinet Indoensia Bersatu Jilid II yang bisa menjadi sekutu AS. Di bidang ekonomi, ada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dan Menteri Perindustrian MS Hidayat. Mereka sangat disukai pebisnis.

Penunjukan Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menkes juga disambut gembira oleh AS. Endang diakui mereka dekat dengan USAID. Di bidang Polhukam, Kedubes AS menyebutkan tokoh kunci yang harus dipegang adalah Menko Polhukam Djoko Suyanto. Djoko adalah alumni pelatihan di Nellis Air Force Base.

Menteri yang paling diperhatikan Kedubes AS adalah Menlu Marty Natalegawa. Sampai-sampai Kedubes AS meminta perlakuan khusus terhadap Marty. Mereka juga meminta Menlu AS Hillary Clinton menghubungi langsung sang menteri untuk mengucapkan selamat.

Wakil Menteri Pertahanan M Sjafrie Sjamsoeddin ditolak masuk ke AS. Cerita yang dimuat kawat diplomatik Kedubes AS Jakarta berkode 09JAKARTA1732 tertanggal 15 Oktober 2009 itu juga diunggah oleh WikiLeaks. Terbaca dari kawat tersebut, Kedubes AS Jakarta meminta arahan kepada Washington atas kasus Sjafrie Sjamsoeddin, yang ditolak visanya sehingga tidak bisa mengikuti perjalanan Presiden SBY ke KTT G-20 di Pittsburgh.

"Kami meminta Kemlu mengkaji ulang informasi ini, membuat pertimbangan soal kelayakan visa Sjamsoeddin dan menasihati kami, kalau dia tetap tidak memenuhi syarat, apa jalan yang terbuka untuk Sjamsoeddin," kata Kedubes AS.

Sjafrie masuk daftar cekal yang disebut '00 Hit', alias sudah di-blacklist untuk bisa masuk AS. Statur tersebut sudah berlaku sejak 21 September 2006. Sjafrie disebut melakukan dua perbuatan yang membuatnya tidak berhak mendapatkan visa AS, yaitu aktivitas teror di Sulsel pada tahun 2000 dan kasus Timor Timur serta Trisakti 1998.

Dokumen WikiLeaks juga memuat informasi keinginan Kedubes AS agar Anton Apriyantono dicopot dari jabatan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid I. Kedubes AS mengirimkan profil Anton yang bertajuk 'Mentan Indonesia: Anatomi Kegagalan'. Anton disebut menteri yang tidak punya visi, tidak punya pengalaman, dan tidak jelas saat menangani kasus flu burung. Anton ditunjuk sebagai menteri cuma karena politikus PKS yang tengah naik daun.

Institusi juga tidak luput dari pantauan Kedubes AS. Kawat diplomatik berkode 09JAKARTA2012 bertanggal 8 Desember 2009 menguak konflik Polri-KPK serta peta jabatan internal Polri. "Masalah antara Polri dan KPK telah merusak reputasi Kapolri Bambang Hendarso Danuri dan seluruh Polri," bunyi kawat tersebut.
Terhadap bocoran WikiLeaks tersebut, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi tidak mau terlalu peduli. Sudi membantah sejumlah menteri SBY-Boediono menjadi sekutu AS. "Ah, kurang gawean (kurang kerjaan). Nggak bener itu sekutu-sekutuan, ngapain?" ujar Sudi saat mendampingi Presiden SBY di Cilacap, Jawa Tengah.

Sedangkan bagi Anton, penilaian pemerintah AS terhadap dirinya saat menjadi mentan era SBY-JK itu tidaklah fair. Kedubes AS hanya melakukan penilaian berdasarkan kepentingan sendiri. Namun, Anton mengetahui dengan sadar kalau dirinya tidak disukai oleh AS. Ada dua hal yang menyebabkan itu, yaitu soal flu burung dan larangan impor apel Washington.

"Flu burung bukan kasus yang tidak akan melebar jauh asalkan dilokalisir. Dan kita nggak tinggal diam, kita lakukan langkah-langkah untuk melokalisir flu burung. Kita ditakut-takuti sehingga kita beli stok tamiflu banyak tapi akhirnya kan nggak terpakai," kata dia.

Sementara mengenai apel Washington, Anton mengatakan, "Karena waktu itu apel AS itu mengandung penyakit dari serangan serangga yang harusnya nggak boleh ada ternyata Apel AS itu ada. Karena itu kita larang," ucapnya

Bagaimana tanggapan Kemenlu yang dibawahi Marty? "Praktik memberikan ucapan selamat lazim dalam dunia diplomasi," kata Juru Bicara Kemlu Michael Tene.[Source]

0 comments:

Post a Comment

Connect with Us!

Banner 300x250

Most Popular

Internet

Home Style

Fashion

Money

Azon Profit Master

Beauty

Sekolah Internet Indonesia

Computer

Life Style