Panggung politik dewasa ini sedang lucu-lucunya. Yang serius dibikin lucu-lucu, yang lucu-lucu dibikin serius. Pemeran utama dari dagelan itu ialah kalangan politikus.
Politikus Partai Demokrat Ramadhan Pohan-lah yang melempar dagelan soal Mr A. Ketika heboh SMS Nazaruddin yang memojokkan Partai Demokrat, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pohan, anggota DPR di Komisi I, tidak ingin kalah. Dia melempar heboh baru yang hingga sekarang tidak mampu dijawabnya sendiri.
Menurut Pohan, SMS palsu yang mengatasnamakan Nazaruddin merupakan ciptaan Mr A, seorang politikus lama yang ingin menghancurkan Partai Demokrat. Kontan saja igauan Pohan disambar media.
Para politikus yang berinisial A dari berbagai kalangan dan partai politik kontan gatal-gatal. Digaruk salah, tidak digaruk penasaran. Dari Partai Demokrat sendiri nama seperti Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, dan Ahmad Mubarok menjadi objek desas-desus.
Dari Golkar Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, dan Agung Laksono angkat bicara hanya karena memiliki nama depan A. Namun, semua pembicaraan menjadi sampah karena Ramadhan Pohan tidak bisa menyebut siapa sesungguhnya Mr A yang dia maksudkan. Mudah-mudahan Amien Rais, Adnan Buyung Nasutian, dan Agnes Monica tidak ikut-ikutan nimbrung dalam dagelan Ramadhan Pohan hanya karena nama depan mereka diawali huruf A.
Apakah Pohan sedang mabuk ketika menuding Mr A? Pohan dalam berbagai kesempatan ngotot bahwa Mr A itu ada, tetapi tidak bisa disebut.
Pohan terjerat dalam politik bisik-bisik. Dalam politik, bisik-bisik itu ada dan penting. Namun, itu sampah ketika dijadikan konsumsi publik karena kehilangan dasar legitimasi.
Hingga saat ini Pohan belum menarik ucapannya. Itu berarti dia tidak sedang mabuk, tetapi dengan penuh kesadaran melempar nama Mr A. Dengan menunda-nunda pengungkapan jati diri Mr A, Pohan berharap--seperti kebiasaan politik pengelolaan bangsa dan negara dewasa ini--heboh itu akan ditelan waktu.
Dari sisi legitimasi, Pohan memang dalam posisi sulit. Namun, dari modus pengalihan isu, heboh Mr A patut dicermati secara serius. Sudah sangat sering, 'kebetulan-kebetulan' yang menghebohkan kerap muncul ketika kasus-kasus gawat sedang menjerat.
Mr A muncul ketika publik sedang fokus pada kasus dugaan suap Wisma Atlet SEA Games Palembang yang membelit Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, dan terjadi di Kantor Menpora Andi Mallarangeng yang juga petinggi partai yang dibidani SBY itu. Bila pengalihan isu dalam kasus yang lain mampu mengecoh, kecohan Ramadhan Pohan tentang Mr A merupakan sebuah kesalahan fatal.
0 comments:
Post a Comment