Beberapa Pelajaran Dari Film Sang Pencerah

Sebuah Hikmah Pelajaran tidak hanya Kita dapatkan dari nasihat atau pengalaman saja, Beberapa media  Saat ini menjadi sebuah perantara bagi kita untuk mendapatkan sebuah pelajaran , Pelajaran apapun itu .jika bermanfaat bagi pribadi kita, memajukan ,membuka pola pikir kita, daya pikir kita tidak ada salah nya buat kita untuk mengambil hikmah dari pelajaran yang telah disampaikan.

Beberapa Waktu lalu Saya Menulis tentang Film Sang Pencerah , Pencerahan Untuk Umat Dan Bangsa 

Kemudian saya Berinisiatif, Setelah Menonton Beberapa Kali, untuk memotong adegan adegan Terpenting dari film Tersebut, karena saya pikir film sang pencerah benar benar memberi saya pencerahan mengenai Masalah Sosial Dan masalah Umat itu sendiri dengan beberapa masalah-nya yang sampai saat ini tak tercerahkan tentang bagaimana memahami Agama itu sendiri , Tentang pemahaman budaya, pemahaman spiritual, sosial,...Bukan sekadar karena ingin mengenal ‘lebih dekat’ sosok KH Achmad Dachlan, pendiri Muhammadiyah, namun seberapa penting film itu bagi masa depan Indonesia, hingga Pak Din Syamsuddin rela menjadi juru bicara, mengiklankan film itu di televisi.

Jujur, saya berharap film itu bisa menjadi sumber pencerahan, bagi masyarakat muslim Indonesia, yang sebagiannya, belakangan sering ‘terlibat’ dalam keributan antarumat beragama. Gegeran Ahmadiyah, pelarangan umat Kristen menjalankan ibadah seperti di Ciketing, Bekasi, dan banyak lagi. Belum lagi kalau kita menyimak catatan kekerasan atas nama agama seperti yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI).

Kelahiran Darwis, yang kelak berganti nama Achmad Dahlan, menjadi pembuka yang memukau. Aneka jenis sesaji sebagai uba rampé prosesi upacara selamatan atas kelahiran sang jabang bayi cukup menyentak.

Dengan setting Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang budaya keagamaannya sinkretis, karena meneruskan tradisi Mataram yang semula Hindu lantas ‘di-Islam-kan’ para wali, maka sesaji menjadi kata kunci. Doa-doa yang mewujud pada praktek Yasinan dan Tahlilan, yang sejatinya menjadi bagian dari proses transisi Islamisasi, lantas terpenggal. Berhenti tanpa penjelasan, sehingga polemik khilafiyah yang mulai ditinggalkan sejak beberapa tahun belakangan, justru kembali mengemuka lewat film ini.

Ketidaksukaan Darwis remaja terhadap praktek pemberian sesaji dan upacara membakar kemenyan di bawah ringin kurung di alun-alun selatan kraton, misalnya, terasa janggal. Saat itu, Darwis belum tercerahkan. Bahwa ia kurang sreg terhadap praktek klenik demikian, boleh jadi benar. Hanya saja, tak ada penjelasan, dari mana dan atas ajaran siapa sehingga memunculkan sikap dan tindakan penolakan yang frontal.

Dalam benak saya, ada adegan yang memberi gambaran kepada penonton awam, bahwa sikap yang demikian kuat dipegangnya itu merujuk pada ajaran tertentu. Apalagi, ia dilahirkan dari keluarga yang dekat dengan tradisi keagamaan sinkretis ala Masjid Kauman, masjid agung yang serba diatur oleh Sultan sebagai penguasa tunggal dalam bidang politik dan agama.

Sejarah menunjukkan, paham pemurnian ajaran Islam justru ia peroleh usai proses naik hajinya yang kedua, pada 1902. Pada masa itulah ia terpengaruh gerakan pemurnian ajaran Islam, yakni kembali kepada Al Qur’an dan Hadis yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahab, lalu secara teratur mempelajari pemikiran para reformis seperti Sayid Jamaluddin al-Afghani dan Tafsir al Manar karya Muhammad Abduh.

Sepulang dari hajinya yang kedua itulah, ia lantas berkeinginan kuat menghapus praktek keagamaan yang dianggap bid’ah, khurafat dan takhayul, sehingga perlu mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 1912. Untuk mengikis praktek yang dinilainya tak bersandar pada aaran Qur’an dan hadis itulah, ia menggunakan jalur pendidikan dan dakwah, lewat Muhammadiyah itu.

Gagasan KH Achmad Dachlan lewat organisasi yang dibentuknya itu segera memperoleh dukungan memadai dari organisasi-organisasi Islam lokal yang kelak meleburkan diri menjadi Muhammadiyah. Di antaranya adalah Nurul Islam di Pekalongan, Al Munir dan Siratal Mustaqin (Makassar), Al Hidayah (Garut), Sidiq Amanah Tabligh Fathanah (Sala) dan belasan organisasi di Yogyakarta.

kearifannya, kesantunannya yang menyejukkan, dan hal-hal yang serba baik lainnya, sehingga hikmah-nya benar-benar mampu menggugah umat Islam di Indonesia yang kini seperti kehilangan panutan dan gampang marah, mudah menyerang dan menyalahkan hingga mengkafirkan selain golongannya. T_T

Di bawah ini Saya Cut beberapa adegan Film yang menurut saya bermanfaat buat seluruh manusia, Termasuk saya .:D .Harapan nya Hanya satu,Semoga saya pribadi dan juga pembaca,bisa mengambil hikmah dari Kehidupan Ahmad Dahlan yang begitu pekat dengan perilaku dan sifat sifat nabi muhammad saw dalam memimpin dan menjadi diri sebagai Khalifah untuk pribadi diri sendiri juga tentu nya untuk umat. sesungguhnya sebaik baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi sesamanya .Amin








1 comments:

Anonymous said...

izin download gan video-video yang diatas mau ane pakai buat trainer...males ngcut >.<
boleh ya ...heheheheh makasih

Post a Comment

Connect with Us!

Banner 300x250

Most Popular

Internet

Home Style

Fashion

Money

Azon Profit Master

Beauty

Sekolah Internet Indonesia

Computer

Life Style